Ugamo Malim, Pertama di Tanah Batak (Bag1)
TOBASA – Aliran kepercayaan Malim atau dalam bahasa Batak Ugamo Malim merupakan agama asli nenek moyang suku Batak pada zaman dahulu yang secara turun temurun hingga saat masih banyak penganutnya. Penganut Ugamo Malim disebut Parmalim. Dalam ajarannya, dipercayai sebagai Tuhan atau sang pencipta yang disebut Debata Mula Jadi Nabolon.
FREDDY-TOBASA
Ugamo Malim berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Tobasasa. Data yang dihimpun dari pengurus pusat Parmalim Monang Naipospos, saat ini ada sebanyak 42 punguan (cabang) dan 6 cabang persiapan yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah penganut mencapai 1.200 KK atau sebanyak 9.000 jiwa.
Tentang Ugamo Malim, menurut Monang adalah agama asli nenek moyang suku Batak zaman dulu. Namun untuk secara terorganisir, mulai dikembangkan saat kejayaan Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap sebagai utusan Mula Jadi Nabolon.
“Sebenarnya, Ugamo Malin yang menganut ajaran Habatahon tidak terhitung usianya. Bahkan, sudah ada sebelum Raja Sisingamangaraja XII. Namun baru terorganisir setelah kepemimpinan Raja Sisingamangaraja XII,” ujar Monang Naipospos yang ditemui di Huta Tinggi, Selasa (30/6).
Diterangkan, untuk penataan keagamaan oleh Raja Sisingamangaraja XII mengangkat Raja Mulia Naipospos sebagai pimpinan atau disebut Induk Bolon. Dimana dalam titahnya berpesan agar agama tersebut kelak tetap dijalankan.
Usai kepemimpinan Raja Mulia Naipospos, kemudian mengangkat anaknya Raja Ungkap Naipospos pada tahun 1955 secara formal. Kemudian, kepemimpinan itu dilanjutkan oleh Raja Manakkok Naipospos sejak tahun 1981 hingga sekarang.
Tentang ajaran agama, menurutnya ada tiga hal yang harus diteladani seorang Parmalim yang disebut Patik ni Ugamo Malim (dalam bahasa Batak lebih kental). Yang pertama Patik Marsuru (menyuruh), yakni pujion Opputta Debata sian nasa roham (memuja Tuhan dari hati yang paling ikhlas). Pasangapon raja haholongi dongan jolma (patuh kepada Raja dan saling menyanyangi sesama manusia). Kemudian Patik Mamiccang(melarang), yakni manakko nasojadi (tidak diperbolehkan mencuri). Selanjutnya, mamunu jolma naso jadi(dilarang membunuh), dang jadi paoto-otohon (dilarang membodoh-bodohi), dang jadi mangaliluhon (dilarang menipu). Yang ketika Patik Paingothon (mengingatkan), yakni Pajongjongon Ugasan Torop (membentuk wajib sosial).
Sedangkan upacara keagamaan yang juga merupakan kewajiban seorang Parmalim ada tujuh, yakni setiap Sabtu wajib beribadah, setiap ujung tahun (menurut kalender Batak) wajib mangan napaet. Awal tahun (Sipaha Sada) mengenang kelahiran Parmalim, Pameleon Bolon (Sipaha Lima), Martutu Aek, Pasahat Tondi, dan MarDebata.
“Ibadah Sabtu di tempat ibadah masing-masing. Contohnya, di Huta Tinggi ini yang merupakan pusat tempat ibadah disebut Bale Pasogit. Sedangkan di cabang disebut Parsantian. Untuk ibadah Mangan Napaet, hal ini merupakan ibadah mengenang atau renungan perjuangan-perjuangan Parmalim dalam mempertahankanHamalimon. Berbentuk puasa dan makan-makanan yang pahit,” katanya.
Monang Naipospos yang merupakan adik dari Raja Manakkok Naipospos menerangkan, untuk ibadah Sipaha Sada, merupakan ibadah mengenang Mula Jadi Nabolon dan kelahiran para Malim.
“Lebih fokusnya pada pembaharuan diri Parmalim itu sendiri tentang bagaimana pembaharuan dirinya selama itu. Jadi, bukan hura-hura atau layaknya merayakan hari ulang tahun. Intinya merenungkan diri,” bebernya.
Khusus ibadah Pelean Bolon, merupakan acara yang paling sakral dalam Ugamo Malim. Ibadah ini merupakan ungkapan syukur atas anugerah yang kita terima dari Mula Jadi Nabolon selama satu tahun berjalan,” terangnya.
Sedangkan ibadah Martutu Aek merupakan ibadah memberikan nama kepada anak yang baru lahir atau disebut Haroanan Tondi Ro. Kemudian ibadah Pasahat Tondi merupakan ritual mengantarkan roh seseorang yang sudah meninggal atau disebut Pasahaton Tondi Lao.
“Untuk ibadah MarDebebata, merupakan ritual atas rasa syukur anugerah yang kita terima. Hal ini merupakan ritual perseorangan. Istilahnya, dilaksanakan baik, tak dilaksanakan juga tidak apa-apa,” bebernya. (bersambung)
http://www.metrosiantar.com/2015/07/01/197238/ugamo-parmalim-pertama-di-tanah-batak-bag1/
0 comments:
Post a Comment