Pernikahan Cicit Sisingamangaraja ke 12 Dan Suksesi Ratu Beatrix Dari Belanda
Jakarta, 29 Januari 2013 (KATAKAMI.COM) — Tak ada yang tak tahu nama Raja Sisingamangaraja di Indonesia ini. Khususnya warga Tapanuli, semua pasti tahu dan pernah mendengar nama Raja Sisingamangaraja ke 12.
Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda.
Kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961.
Sebelumnya Sisingamangaraja di makamkan di Tarutung, lalu dipindahkan ke Balige.
Ia juga dikenal dengan nama Raja Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam.
Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring(perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya.
Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Ir. Raja Tonggo Tua Sinambela (TONGGO) , cicit kandung Raja Sisingamangaraja ke 12
Silsilah Raja Sisingamangaraja dari urutan 1 sampai ke 12 adalah sebagai berikut :
Singamangaraja II, Ompu Raja Tinaruan
Singamangaraja III, Raja Itubungna.
Singamangaraja IV, Tuan Sorimangaraja.
Singamangaraja V, Raja Pallongos.
Singamangaraja VI, Raja Pangolbuk,
Singamangaraja VII, Ompu Tuan Lumbut,
Singamangaraja VIII, Ompu Sotaronggal
Singamangaraja IX, Ompu Sohalompoan,
Singamangaraja X, Ompu Tuan Na Bolon
Sisingamangaraja XI, Ompu Sohahuaon
Sisingamangaraja XII, Raja Patuan Bosar Ompu Pulo Batu
Khusus untuk Raja Sisingamangaraja ke 12, sepanjang ia bergerilya di masa penjajahan Belanda, 3 anaknya ikut mendampingi yaitu Raja Patuan Anggi Sinambela, Raja Patuan Nagari Sinambela dan Putri Lopian Sinambela.
Ketiga anaknya tewas di tangan tentara Belanda.
Tetapi Raja Sisingamangaraja memiliki anak yang masih hidup yaitu Raja Karel Buntal Sinambela, inilah yang disebut sebagai Raja Sisingamangaraja ke 13.
Raja Karel Buntal Sinambela memiliki seorang anak lelaki yang diberi nama Raja Patuan Sori Sinambela, inilah yang disebut sebagai Raja Sisingamangaraja ke 14.
Dari hasil pernikahannya dengan Maria Magdalena boru Pasaribu (putri bungsu dari pasangan Somuntul Bungajalan Pasaribu yang bergelar Tuan Sariburaja dan Tamelan boru Naibaho), Raja Patuan Sori Sinambela memiliki 2 anak.
Anak pertamanya perempuan, diberi nama Saur Sinar Romauli boru Sinambela.
Anak kedua dari Raja Patuan Sori Sinambela adalah lelaki, yang diberi nama Raja Tonggo Tua Sinambela.
Raja Tonggo Tua Sinambela inilah yang kemudian meneruskan dinasti Sisingamangaraja dengan menempati urutan 15 dalam monarki “tanpa kerajaan’ dari dinasti Sisingamangaraja.
Raja Tonggo Tua Sinambela lahir di Medan, 24 Desember 1972.
Ayahnya, yaitu Raja Patuan Sori Sinambela, wafat seminggu sebelum kelahiran Raja Tonggo Tua Sinambela, pada tanggal 18 Desember 1972 akibat kecelakaan lalulintas.
Pada hari Sabtu, 26 Januari 2013 lalu, cicit kandung Raja Sisingamangaraja ke 12 ini melangsungkan pernikahannya dengan kekasihnya, Rista boru Sitorus.
Pernikahan cicit kandung Raja Sisingamangaraja ini berlangsung di sebuah desa kecil bernama Huta Tinggi, di kawasan Balige, Tapanuli, Sumatera Utara.
Ratu Beatrix dari Kerajaan Belanda, kanan, bersama Pangeran Willem Alexander
Dua hari sebelum pernikahan cicit kandung Raja Sisingamangaraja berlangsung, atau tepatnya pada hari Kamis (24/1/2013) Ratu Beatrix dari Kerajaan Belanda mengumumkan bahwa tidak lama lagi dia akan pensiun sebagai pemimpin monarki Belanda. Posisi dia sebagai kepala negara akan diganti oleh putranya, Pangeran Willem-Alexander.
Menurut kantor berita Reuters, Ratu Beatrix menyatakan sudah saatnya turun tahta setelah lebih dari tiga puluh tahun berada di singgasana kerajaan. Kini, lanjut dia, tampuk kepemimpinan harus diberi kepada yang muda.
“Saya mundur bukan karena tugas yang diemban terlalu berat, namun sudah saatnya tanggung jawab memimpin bangsa ini diserahkan kepada generasi muda,” kata Beatrix dalam pernyataan di Amsterdam pada Kamis (24/1/2013) waktu setempat.
Maka, Ratu yang Kamis esok genap berusia 75 tahun itu sudah menunjuk Putra Mahkota Pangeran Willem-Alexander sebagai penggantinya. Pergantian akan berlangsung 30 April mendatang. “Dia bersama Putri Maxima sudah sangat siap mengemban tugas di masa depan,” lanjut Beatrix.
Willlem-Alexander beristrikan Putri Maxima, yang berasal dari Argentina. Mereka telah dikaruniai tiga anak.
Apa hubungan antara pernikahan cicit kandung Raja Sisingamangaraja ke 12 dengan suksesi di Kerajaan Belanda ?
Ada hubungannya …
Sangat ada …
Cicit kandung Raja Sisingamangaraja ke 12 atau Raja Tonggo Tua Sinambela mempunyai harapan besar dan misi khusus kepada Kerajaan dan Pemerintah Belanda.
Tonggo, demikian Raja Tonggo Tua Sinambela biasa dipanggil, sangat menginginkan adanya pengembalian seluruh dokumen, buku dan barang-barang pribadi milik Raja Sisingamangaraja ke 12 yang dirampas dan disita dari Istana Sisingamangaraja di daerah Bakara, Tapanuli.
“Tentara Belanda membumi-hanguskan Kerajaan Opung (kakek) di Bakara sekitar tahun 1887. Diserbu dan dibakar. Tapi kemudian istana itu dibangun kembali. Kalau tidak salah sekitar 10 tahun kemudian, Belanda datang lagi menghancurkan Istana itu. Semua yang ada di Istana diambil. Yang paling penting adalah semua surat, buku-buku dan pustaka-pustaka yang diwariskan oleh Raja Sisingamangaraja ke XI kepada Sisingamangaraja ke XII” kata Raja Tonggo Tua Sinambela kepada KATAKAMI.COM, Selasa (29/1/2013).
Tonggo ingin Kerajaan dan Pemerintah Belanda memberikan perhatian yang serius mengenai masalah pengembalian barang-barang pribadi milik kakeknya.
“Raja Sisingamangaraja ke XII adalah opung aku. Aku mau, kami sebagai keluarga yang menyimpan semua barang-barang pribadi yang dimiliki oleh Raja Sisingamangaraja ke 12. Belanda tidak punya hak menyimpan dan menguasai semua barang-barang milik opung kami. Sejak kematian Raja Sisingamangaraja ke 12 tanggal 17 Juni 1907 sampai detik ini, tidak ada satupun dari pihak Keluarga yang dihubungi atau bahkan didatangi oleh pihak Belanda. Baik untuk permohonan maaf ataupun untuk mengembalikan semua barang-barang pribadi milik Raja Sisingamangaraja ke 12″ lanjut Raja Tonggo Tua Sinambela.
Lalu, bagaimana jika satu waktu nanti semua barang-barang pribadi — khususnya semua surat, dokumen dan pustaka pribadi milik Raja Sisingamangaraja ke 12 — bisa diserahkan kepada ahli waris Raja Sisingamangaraja ke 12 ?
Tonggo sudah mengantisipasi hal tersebut.
“Aku sudah mendirikan sebuah yayasan yaitu Yayasan Forum Sisingamangaraja ke 12. Di Soposurung yaitu di Komplek Pemakaman Opung Sisisngamangaraja ke 12, ada rumah besar untuk kami huni jika datang ke sana. Disitu, bisa didirikan sebuah museum. Aku ingin satu waktu nanti kami bisa mendirikan Museum Raja Sisingamangaraja ke 12. Sekarang belum bisa didirikan karena semua barang-barang pribadi Opung dirampas oleh Belanda” ungkap Raja Tonggo Tua Sinambela.
Yang menewaskan Sisingamangaraja XII : Foto tahun 1907. Tentara Belanda mengejar Sisingamangaraja XII di kawasan hutan Tele. Dipimpin Hans Christoffel (memegang tongkat), mereka berpose sejenak di daerah Sagala.
Keinginan dari cicit kandung Raja Sisingamangaraja ke 12 ini adalah sesuatu yang sangat lumrah untuk disampaikan kepada Kerajaan dan Pemerintah Belanda.
Ada 4 orang dalam satu keluarga yang dibunuh oleh tentara Belanda di masa penjajahan yaitu :
Raja Sisingamangaraja ke 12 dan 3 orang anaknya, yaitu : Raja Patuan Anggi Sinambela, Raja Patuan Nagari Sinambela, dan Putri Lopian Sinambela.
Hidup bagaikan roda yang berputar.
Walau 4 orang sudah dibinasakan tetapi semangat juang dari Raja Sisingamangaraja ke 12 tetap diwariskan kepada keturunan-keturunannya.
Hampir 106 tahun, Raja Sisingamangaraja ke 12 dan ketiga anaknya tewas di tangan tentara Belanda yang dipimpin Hans Christoffel.
Dimana tanggung-jawab Kerajaan dan Pemerintah Belanda atas kekejaman perang di masa lalu ?
Yang diinginkan oleh cicit kandung Raja Sisingamangaraja ini adalah kembalinya barang-barang pribadi milik sang kakek.
Dan dia berhak dan sangat sah menuntut pengembalian itu secara utuh.
Pasca pernikahannya yang diberkati di Gereja Parmalim (Huta Tinggi), Raja Tonggo Tua Sinambela akan memulai hidup baru dengan sang istri di kawasan Jalan Letjen. Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara.
Ia menunggu itikat baik dari Pemerintah dan Kerajaan Belanda.
Misinya meminta kembali seluruh barang-barang milik sang kakek adalah untuk mewujudkan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada seorang pahlawan nasional yang telah dengan sangat gagah berani berjuang melawan penjajahan Belanda.
Sisingamangaraja dan 3 anak yang begitu dicintainya, tewas di tangan penjajah demi memperjuangkan kemerderkaan untuk Indonesia.
Bung Karno mengatakan, “Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah !”.
Sebab, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan-pahlawannya.
Sementara menurut Napoleon Bonaparte, seorang Panglima Perang yang sangat membanggakan dari Perancis, bahwa sejarah adalah versi dari lembaran masa lalu, dimana masyarakat sepakat menyetujuinya (sebagai sebuah kebenaran).
“History is the version of past events that people have decided to agree upon”.
Hampir sebagian besar dari masyarakat Tapanuli mengetahui sebuah legenda nyata yang menceritakan sebuah ciri tentang Raja Sisingamangaraja ke 12 bila hendak memperkenalkan dirinya :
“Ahu Sisingamangaraja !”
Yang artinya, “Saya SISINGAMANGARAJA !”
Sumber: rajasisingamangaraja.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment